> Beli Kain Sutra Mewah Tanpa Menawar - BAYAR ZAKAT ONLINE

September 20, 2018

Beli Kain Sutra Mewah Tanpa Menawar


Beli Kain Sutra Mewah

Beli Kain Sutra Mewah Tanpa Menawar Sahabat Hikmahdanhikmah kali ini admin share tentang kisah Imam Abu Hanifah nama Imam Abu Hanifah adalah Nu'man bin Tsabit bin Marzuban, kun-yah-nya (nama panggilan) Abu Hanifah.Ia adalah putra dari keluarga Persia (bukan orang Arab). Asalnya dari Kota Kabul (se karang ibu kota Afghanistan). Kakeknya, Marzuban, memeluk Islam pada masa Umar bin Khattab, lalu hijrah dan menetap di Kufah.

Imam Abu Hanifah dilahirkan di Kufah pada 699 M. Ayahnya, Tsabit, adalah seorang pebisnis yang sukses di Kota Kufah. Karena itu, tidak heran kita me ngenal Imam Abu Hanifah sebagai seorang pebisnis yang sukses pula mengikuti jejak sang ayah.Imam Abu Hanifah suatu hari kedatangan seorang perempuan yang membawa pakaian sutra di tangannya.

Perempuan ini berniat menjual kain Sutra mewah tersebut kepadanya.
"Berapa harganya?," tanya Imam Abu Hanifah.
"Seratus dirham."
"Tidak. Nilai barang ini lebih dari seratus dirham."

Keruan saja si perempuan heran. Lazimnya pembeli selalu menawar barang dagangan dengan harga lebih murah. Tapi yang dilakukan ulama besar itu aneh.
Perempuan itu pun melipatgandaan harganya menjadi empat ratus dirham.

"Bagaimana bila barang itu lebih mahal lagi?" tanya Abu Hanifah.

"Anda bercanda?" perempuan tersebut tercengang.

"Datangkanlah seseorang untuk menaksir harganya!" Kata Abu Hanifah.
Perempuan itu akhirnya menghadirkan seorang laki-laki yang biasa menjual kain. Kata si laki-laki,
"Pakaian sutra ini seharga lima ratus dirham."

Maka Imam Abu Hanifah membayarnya kontan dengan harga lima ratus dirham.

Beliau paham, perempuan tersebut menjual sutranya karena sedang sangat membutuhkan uang.Apa yang dilakukan Imam Abu Hanifah adalah di luar logika umum tentang untung-rugi dalam sudut pandang materi.

Sang imam sebenarnya punya kesempatan untuk memanfaatkan keluguan perempuan tersebut, lalu meraup keuntungan yang melimpah.

Namun, budi pekertinya yang luhur membuatnya bersih dari nalar eksploitatif semacam itu.

Beliau memberi contoh bahwa membeli sesuatu tak harus selalu berpikir bahwa kita mesti mendapat barang sebagus-bagusnya dengan harga semurah-murahnya.

Apalagi bila si pembeli tahu,  penjual barang adalah orang yang membutuhkan pertolongan. Artinya, membeli juga bisa berarti membantu.

Kisah Teladan ini barangkali relevan dengan keadaan kita sekarang, di tengah gemarnya orang berbelanja di minimarket milik segelintir pemodal besar, ketimbang warung tetangga yang menjadi sumber nafkah keluarga dan pendidikan anak-anaknya.

Atau bersikerasnya orang menawar harga sayuran di pedagang kecil yang bernilai ribuan namun di kesempatan lain menghabiskan puluhan ribu hingga ratusan ribu di restoran tanpa tawar-menawar atau merasa dirugikan.

Semoga kita bisa terus istiqomah beribadah dg penuh kesungguhan dan hanya berharap ridho Alloh.

Semoga kita menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat.

Robbana Taqobbal Minna
Ya Alloh terimalah dari kami amalan kami Aamiin.

Tags :

Yudi hartoyo

Admin Yayasan yatim,dhuafa

blogger,online sejak 2011 di bisnis online dan offline,adapun Hikmahdanhikmah.com ini untuk Support website resmi ;yayasanpijarmulia.com

  • Yudi hartoyo
  • Yayasan Pijar Mulya Pati d/a Desa Sriwedari Dusun Pagak RT 03 RW 03 (belakang masjid Pagak) kec.jaken Jawa tengah 59184
  • temandalamtaqwa@gmail.com
  • +6285 2680 70123

Posting Komentar