> Bagaimana Caranya Agar menjadi Seorang yang Pemaaf - BAYAR ZAKAT ONLINE

April 18, 2021

Bagaimana Caranya Agar menjadi Seorang yang Pemaaf

Hikmahdanhikmah.com - MENJADI PEMAAF: Dalam surat Al-A’raf ayat 199, Allah SWT berfirman (yang artinya), “Ambillah (jalan) memaafkan dan perintahkanlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.”



Afwun adalah mengampuni seseorang dan tidak memberikan hukuman yang layak ia peroleh atas dosa yang dilakukannya. Kesenangan dalam membalas dendam akan berakhir, tetapi kesenangan dalam memberikan maaf tidak akan berakhir.

Makruf adalah kebaikan, ihsan, serta segala sesuatu yang baik menurut akal dan agama kita. Maksudnya, segala sesuatu yang Allah SWT ridhai dan sesuai dengan kitab dan sunah.


Jahil adalah seseorang yang meyakini kebalikan dari sebuah hakikat sesuatu.

Sebagaimana yang diriwayatkan dari Ja’far Shadiq KS bahwa ayat di atas adalah ayat yang paling mencakup seluruh akhlak yang baik dalam Al-Quranul Karim.

Diriwayatkan bahwa ketika ayat karimah ini turun, Rasulullah SAW bertanya kepada Malaikat Jibril AS, “Apa yang dimaksud dengan ‘Ambillah (jalan) memaafkan’?” Jibril AS berkata, “Aku tidak tahu. Aku akan menanyakan kepada Rabbku,” lalu ia pun pergi. Kemudian, ia kembali dan memberikan jawaban sebagai berikut.

“Wahai Muhammad, sesungguhnya Rabbmu memerintahkanmu agar kamu tetap memberikan sesuatu kepada orang yang tidak memberikanmu apa pun, menjalin hubungan dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu, memaafkan orang yang telah berbuat zalim terhadapmu, dan berbuat baik kepada orang yang telah melakukan keburukan kepadamu.”

FIKIH: MEMBACA SHALAWAT DALAM SHALAT

Doa Tasyahud dan shalawat kepada Nabi SAW dibaca ketika duduk tasyahud awal dan duduk tasyahud akhir pada semua shalat. Akan tetapi, hukum membaca doa tasyahud dan shalawat kepada Nabi SAW pada tasyahud awal adalah sunah, sedangkan pada tasyahud akhir adalah fardu karena merupakan rukun shalat. Adapun membaca shalawat kepada keluarga Nabi SAW itu tidak disunahkan pada tasyahud awal, tetapi disunahkan pada tasyahud akhir.

Karena membaca doa tasyahud awal dan shalawat kepada Nabi SAW pada tasyahud awal merupakan salah satu sunah ab’adh, maka ketika ditinggalkan, baik karena lupa maupun sengaja, disunahkan melaksanakan sujud sahwi. Sujud sahwi tersebut dilakukan setelah membaca doa tasyahud dan shalawat pada tasyahud akhir dan sebelum mengucapkan salam. Membaca shalawat kepada keluarga Nabi SAW pada tasyahud akhir juga merupakan salah satu sunah ab’adh.

Ketika imam sedang duduk tasyahud akhir, makmum yang masbuk disunahkan mengikuti imam dengan membaca doa tasyahud dan shalawat. Adapun bacaan shalawat yang sempurna pada tasyahud akhir adalah sebagai berikut, 

‘Allāhumma shalli ‘alā sayyidinaa muhammadin wa ‘alā āli sayyidinaa muhammadin kamā shallaita ‘alā sayyidinā ibraahiim wa ‘alā āli sayyidinā ibrāhīma, wa bārik ‘alā sayyidinā muhammadin wa ‘alā āli sayyidinā muhammadin kamā bārakta ‘alā sayyidinā ibraahīma wa ‘alā āli sayyidinā ibrāhīma fil ‘ālamīna innaka hamīdun majīdun.’ Shalawat ini dinamakan dengan shalawat Ibrahimiyah.

Sumber artikel: Fazilet takvimi

Tags :

Yudi hartoyo

Admin Yayasan yatim,dhuafa

blogger,online sejak 2011 di bisnis online dan offline,adapun Hikmahdanhikmah.com ini untuk Support website resmi ;yayasanpijarmulia.com

  • Yudi hartoyo
  • Yayasan Pijar Mulya Pati d/a Desa Sriwedari Dusun Pagak RT 03 RW 03 (belakang masjid Pagak) kec.jaken Jawa tengah 59184
  • temandalamtaqwa@gmail.com
  • +6285 2680 70123

Posting Komentar