> Dakwah Islam Rosululoh Saw secara terbuka - BAYAR ZAKAT ONLINE

Desember 17, 2022

Dakwah Islam Rosululoh Saw secara terbuka



Hikmahdanhikmah.com - Pada masa awal kenabian Rasulullah SAW, beliau mengajak orang-orang untuk memeluk agama Islam secara diam-diam. Bahkan, Al-Quranul karim tidak dibaca dengan suara keras dalam shalat. Kemudian, ketika surat Al-Hijr ayat 94 yang artinya ‘Sampaikanlah apa yang telah diperintahkan kepadamu (tanpa takut akan apa pun). Jelaskanlah secara terang-terangan apa yang diperintahkan kepadamu’, Rasulullah SAW mulai mengajak orang-orang secara terbuka dan membaca Al-Quranul Karim dengan suara keras.

Selanjutnya, diturunkan ayat-ayat yang menyatakan bahwa menyembah berhala adalah perbuatan syirik dan sesat, serta memerintahkan untuk beribadah hanya kepada Allah SWT. Namun, hal ini terasa berat untuk orang-orang Quraisy. Walaupun semua orang mengetahui bahwa tidak pernah keluar perkataan bohong dari Rasulullah SAW hingga saat itu dan mereka percaya pada setiap kata-kata beliau, mereka tetap tidak percaya dalam hal ini dan tidak pula beriman meski Rasulullah SAW telah menunjukkan berbagai mukjizat. Maka, orang-orang yang meraih hidayah Allah SWT telah memperoleh kemuliaan iman dan menjadi sahabat Rasulullah SAW. Adapun orang-orang selain mereka bersatu untuk memusuhi Rasulullah SAW.

Para pembesar Quraisy berkumpul dan menemui paman Rasulullah SAW, yaitu Abu Thalib yang merupakan tokoh paling tua di antara mereka. Mereka berkata, “Anak saudaramu menyerang agama kita. Dia mengatakan bahwa ayah dan kakek-kakek kalian juga dalam kesesatan. Cegahlah ia dari perbuatannya itu atau berhentilah melindungi dirinya.”

Baca juga ; Agama islam itu luhur dan membuat umat muslim menjadi luhur.

Abu Thalib membalas mereka dengan bahasa dan kata-kata yang lembut. Rasulullah SAW pun terus berdakwah kepada orang-orang seperti sebelumnya. Hal ini membuat kaum Quraisy kesal. Mereka pun berkumpul kembali dan menemui Abu Thalib. Mereka berkata, “Setelah ini, kami tidak bisa lagi bersabar dan menahan diri atas hal ini. Biarkanlah apa pun yang akan terjadi. Setidaknya, salah satu dari dua pihak mati dan yang lainnya tetap hidup dengan nyaman. Jika Anda tidak bisa meninggalkan Muhammad, kami akan meninggalkan Anda.”

Abu Thalib menyadari bahwa tugasnya menjadi sedikit lebih sulit, dan meski tidak bisa berkata, ‘Setelah ini, aku tidak akan bisa melindungimu lagi’ secara langsung, makna tersebut dapat dipahami dari kata-katanya kepada Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW sangat sedih akan hal ini. Bahkan, air mata beliau mengalir dari kedua mata mulianya, lalu beliau berkata, “Wahai pamanku yang menggantikan ayahku, aku diperintahkan untuk menyampaikan dakwah ini oleh Allah SWT. Aku harus melaksanakan perintah-Nya. Apa pun yang akan mereka lakukan, aku tidak akan pernah berhenti melaksanakan tugas ini.” Lalu, beliau segera berdiri dan pergi meninggalkan pamannya.

Meskipun Abu Thalib tidak beriman, dia lebih mencintai Rasulullah SAW daripada anak-anaknya sendiri, dan senantiasa memberikan perlindungan kepadanya dalam segala hal. Berdiri dan perginya Rasulullah SAW dalam keadaan sedih seperti itu membuat Abu Thalib merasa iba. Abu Thalib pun segera memanggilnya dan memberikan jaminan kepada Rasulullah SAW dengan berkata, “Lakukanlah tugasmu. Selama aku masih hidup, mereka tidak akan bisa melakukan apa pun terhadapmu,” lalu ia melantunkan beberapa bait mengenai hal ini. Dia benar-benar bersikeras melindungi Rasulullah SAW.

Ketika Rasulullah SAW terus mengajak orang-orang pada agama yang benar dengan membaca ayat-ayat yang diturunkan secara bertahap (satu demi satu), pamannya yang lain, Abu Lahab, mengikutinya dan berkata, “Muhammad ingin memalingkan kalian dari agama kakek dan nenek moyang kalian. Janganlah kalian tertipu, dan jangan percaya pada kata-katanya.” Istri Abu Lahab Ummu Jamil pun sama seperti suaminya, ia biasa menyakiti Rasulullah SAW dengan tangan dan lisannya. Bahkan, dia selalu mengumpulkan duri dan menebarkannya pada malam hari di jalan-jalan yang biasa dilewati oleh Rasulullah SAW.

Ketika surat Asy-Syu’ara ayat 214, yang artinya “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat (akan azab Allah SWT)”, diturunkan, Rasulullah SAW segera pergi ke tanah haram dan naik ke Bukit Shafa, lalu berdakwah kepada kaumnya.

Semua Bani Hasyim datang dan berkumpul di sana untuk mendengarkan Rasulullah SAW. Rasulullah SAW berkata, “Jika aku katakan kepada kalian, “Ada musuh di belakang gunung itu, mereka datang untuk menjarah harta benda kalian,” apakah kalian percaya?” Semua orang berkata, “Iya, kami percaya.”

Rasulullah SAW berkata, “Jika demikian, aku diperintahkan untuk memperingati kalian dengan azab hari kiamat yang ada di hadapan kalian. Berimanlah kalian semua.”

Baca juga ; Pengertian dan Dalil iman kepada Allah SWT

Pertama-tama, paman beliau Abu Lahab marah dan berkata sambil membentak, “Apakah kau memanggil kami untuk perkataan ini?” Atas hal ini, surat Al-Lahab diturunkan.

Orang-orang musyrik, yang tidak menerima dakwah tersebut, menyakiti Rasulullah SAW kapan pun mereka bisa. Namun, mereka tidak bisa melakukan hal selain itu karena Rasulullah SAW berada di bawah perlindungan pamannya, Abu Thalib. Karena suku Abu Bakar RA besar, mereka tidak bisa mengatakan apa pun kepadanya. Akan tetapi, mereka melakukan berbagai macam penyiksaan kepada orang-orang mukmin lainnya dan berusaha memalingkan orang-orang mukmin dari agama (Sumber artikel fazilet takvimi)


Tags :

Yudi hartoyo

Admin Yayasan yatim,dhuafa

blogger,online sejak 2011 di bisnis online dan offline,adapun Hikmahdanhikmah.com ini untuk Support website resmi ;yayasanpijarmulia.com

  • Yudi hartoyo
  • Yayasan Pijar Mulya Pati d/a Desa Sriwedari Dusun Pagak RT 03 RW 03 (belakang masjid Pagak) kec.jaken Jawa tengah 59184
  • temandalamtaqwa@gmail.com
  • +6285 2680 70123

Posting Komentar