> Kisah pemboikotan umat muslim pada zaman Rasulullah - BAYAR ZAKAT ONLINE

Desember 15, 2022

Kisah pemboikotan umat muslim pada zaman Rasulullah



Hikmahdanhikmah.com - Pada awal tahun ketujuh kenabian Nabi Muhammad Mustafa Shallallāhu ‘alaihi wa sallam, suku Quraisy melihat bahwa jumlah umat Islam makin meningkat dari hari ke hari, dan agama Islam makin menguat. Meskipun Abu Thalib tidak beriman, dia melindungi Rasulullah SAW seperti melindungi putranya sendiri, dan orang-orang Bani Hasyim lainnya yang tidak beriman juga bergabung dengannya dalam menjaga suku dan hubungan kekerabatan.

Kelompok Quraisy bermusyawarah dan memutuskan bahwa mereka tidak akan berhubungan dengan semua Bani Hasyim, baik yang muslim maupun non-muslim. Setelah itu, mereka bersekutu untuk tidak melakukan jual beli dengan Bani Hasyim, tidak menikahi anak perempuan mereka atau menikahkan anak perempuannya dengan mereka, lalu mereka menulis sebuah perjanjian dan menggantungnya di dalam Ka’bah, serta bersumpah untuk tidak menentangnya.

Semua Bani Hasyim, baik yang muslim maupun yang musyrik, seakan-akan terjebak di wilayah sekitar Syi’ib Abi Thalib (di daerah mereka sendiri). Umat muslim lainnya yang memiliki tempat tinggal di wilayah lain juga berkumpul di sana.

Baca juga ; Tentang Umrah Rajab penduduk Mekah

Kaum muslim terpenjara di lingkungan mereka sendiri selama lebih dari dua tahun. Jika seorang muslim pergi ke pasar, orang-orang musyrik akan menyiksa mereka dengan siksaan yang tak tertahankan. Jika seorang pedagang bertransaksi dengan seseorang dari Bani Hasyim pada musim haji, kaum Quraisy akan mencegahnya. Singkatnya, umat Islam tidak bisa berjalan bebas di pasar.

Orang-orang yang kuat seperti Sayidina Hamzah RA dan Sayidina Umar bin Khattab RA mengumumkan keislaman mereka dan berjalan ke mana saja mereka mau dengan kekuatan yang mereka miliki. Bahkan, Sayidina Umar bin Khattab RA biasa bertarung dan berkelahi dengan orang-orang musyrik.

Meskipun Abu Bakar Ash-Shiddiq RA yang merupakan salah seorang sahabat besar adalah orang yang dihormati kedudukannya di dalam kelompok Quraisy, beliau juga mendapatkan gangguan dari kaumnya. Namun, beliau tidak pernah menghiraukan kata-kata orang-orang musyrik, tetap menjalankan shalat secara terbuka, dan tetap berusaha mengajak orang-orang masuk Islam secara diam-diam seperti sebelumnya. 

Orang-orang mukmin mengorbankan segalanya demi agama Islam, sebagian mereka berhijrah ke Habasyah, meninggalkan tanah air dan kerabat mereka, dan sebagian lainnya terjebak dalam pemboikotan di lingkungan mereka serta mengalami penganiayaan dari orang-orang musyrik. Sementara itu, meskipun begitu banyak mukjizat dan kefasihan Al-Quran membuat sebagian besar kaum Quraisy tercengang dan mengakui kelemahan mereka, mereka tetap berada dalam kemusyrikan dan kesesatan dengan berpegang pada pendirian dan keingkaran mereka. Sebab, pada saat itu bangsa Arab telah terbagi ke dalam banyak suku dan kabilah. Setiap suku dan kabilah memiliki seorang pemimpin, dan kekuasaan berada di tangan para pemimpin itu. Oleh sebab itu, mereka tidak ingin mengikuti orang lain dari kelompok mereka ketika kaum mereka sendiri mengikuti mereka.

Tidak ada perpecahan di antara umat Islam, baik di antara yang miskin dan yang kaya, maupun yang lemah dan yang kuat. Selain itu, para pemuka Quraisy malu berada pada derajat yang sama dengan orang-orang biasa. Oleh sebab itu, masing-masing dari mereka berusaha mencegah orang-orang di bawah kekuasaannya agar tidak memeluk agama Islam dan mencegah menyebarnya agama Islam ke wilayah sekitarnya.

Sebagian besar orang musyrik merasa menyesal karena suku Quraisy, yang paling terhormat di kalangan bangsa Arab, terbagi menjadi dua dan semua hubungan di antara mereka terputus selama hampir tiga tahun. Tangan orang yang menulis perjanjian itu kurus kering dan lumpuh. Serangga dari spesies ngengat menyerang surat perjanjian itu dan memakan serta menghancurkan semua tulisan yang ada selain nama Allah SWT. Rasulullah SAW memberitahukan hal ini kepada pamannya, Abu Thalib. Lalu, Abu Thalib berkata kepada orang-orang Quraisy, “Jika apa yang dikatakan Muhammad itu benar, kalian juga harus berbelas kasih. Mari kita akhiri perpecahan di antara kita. Akan tetapi, jika apa yang dia katakan tidak benar, aku akan berhenti melindunginya.”

Baca juga ; Penaklukan kota Makkah Al Mukarramah.

Kaum Quraisy menganggap pernyataan ini masuk akal. Ketika mereka melihat bahwa setiap tulisan, selain kalimat ‘Bismika Allâhumma’, dalam perjanjian itu telah lenyap, mereka semua menjadi malu. Meskipun Abu Jahal tetap keras kepala, mereka menurunkan lembaran itu dengan pendapat mayoritas, dan merusak perjanjian yang merugikan Bani Hasyim. Muncullah kegembiraan bersama di tengah masyarakat Makkah. (Sumber artikel fazilet takvimi)

Tags :

Yudi hartoyo

Admin Yayasan yatim,dhuafa

blogger,online sejak 2011 di bisnis online dan offline,adapun Hikmahdanhikmah.com ini untuk Support website resmi ;yayasanpijarmulia.com

  • Yudi hartoyo
  • Yayasan Pijar Mulya Pati d/a Desa Sriwedari Dusun Pagak RT 03 RW 03 (belakang masjid Pagak) kec.jaken Jawa tengah 59184
  • temandalamtaqwa@gmail.com
  • +6285 2680 70123

Posting Komentar